Rabu, 28 November 2012

Cerpen ~ Biarkan Berlalu by Arny Debora

Hai- hai, aku datang lagi nih. Uhm, maaf ya lama lanjutin SMK dan I Hate You but I Miss You nya. Makklum, aku lagi galau banget nih. Dengan iseng, aku buat aja cerpen penganggti cerbung-cerbungku itu. Mohon kritik dan sarannya nya. Maaf kalo ada penulisan yang salah dalan kata-katanya.
Maklum, aku masih amatiran :DWELCOME IN MY DREAM
I HOPE U LIKE THIS PART

*********************


   BUnyi petikan terdengar merdu namun menyayat hati tengah dimainkan oleh dia. Aku hanya bisa terdiam mendengar dengan saksama bait demi bait dari lagu itu.


Letih aku bila menatap
Segala kisah dalam dirimu
Pengorbanan dan penantian
Hanya terbuang dan sia-sia

* kau hempaskan tubuh ini
Kau goreskan luka hati


Reff:
Takkan aku kenal lagi
Tulus cinta yang kau beri
Pergilah cintaku
Lupakan dirinya

Takkan aku ingat lagi
Sakit hati yang kau beri
Pergilah cintaku
Biarkan berlalu

    Aku mencoba membuka pintu itu secara perlahan berusaha agar yang empunya tidak terganggu dan mengetahui keberadaanku. Ku lihat dibalik celah pintu itu, dia yang 'patah hati' fikirku terlihat sendu. Bisa ku dengar isakan kecil disela-sela nyanyiannya. Apakah dia menangis? Pasti! Dan bisa kurasakan lagu ini sesuai dengan keadaannya. Miris. Senyum yang dulunya ceria kini hilang seperti ditelan bumi saja.
   " Lo tega banget sama gue Vin." sebuah kalimat meluncur dari bibir mungil itu.
Vin? Siapa itu? tanyaku dalam hati. Ah, lebih baik kudengarkan saja apa yang dikatakan selanjutnya lanjutku dalam hati.
   " Lo nyiksa gue selama ini. Gue gak bisa Vin! Gak bisaa!!" lanjutnya lagi. Lalu, tangannya mengambil selembar foto yang mungkir dari saku kemejanya. Samar-samar, aku melihat itu adalah foto sepasang cowok dan cewek yang sedang berfoto mesra. Tiba-tiba, sesuatu benda terjatuh diatas kepalaku. Karena gak gak mengetahui itu apa, akupun mengambilnya dan
   " Huaaaaa,,, maamaa,, ada cicaaaak!"teriakku refleks. Dan sudah tentu, suaraku memecah keheningan itu. Dan yang paling parah adalah sosok yang aku intip tadi sedang menatapku garang.

    "Mampus gue!"ucap aku pelan. Aku menatap cemas ke arah dia. Tatapannya bagaikan mata elang yang siap menerkam mangsa. Dan seolah-olah aku adalah mangsa yang siap diterkamnya.
    " Sejak kapan lo di situ?"tanyanya ketus. Ck, suaranya saja sudah bisa membangunkan bulu kudukku. Suaranya juga bisa mematikan apa yang sudah ingin kukatakan.   
   " Ng,, sorry! Bukan maksud gue ngintipin elo, tapi"  
   " Gue tanya sejak kapan lo disitu?" tanyanya. Aiissh,, kasar amat yah.
    " Ng seja..ak.. ka..mu.. nyan..yi tadi,"ucapku terbata sambil menutup mataku.

     Matanya tajam menatap gue. Walau, jarak aku dan dia tak begitu jauh tapi bisa kurasakan aura dingin dari cowok yang ada dihadapan ku ini. Menyeramkan.Perlahan, dia berjalan kearah aku tanpa mengalihkan pandangannya dariku. Ya Tuhan, lindungilah hambaMu ini.
 Dan kini, sosok dingin ini sudah berada di depanku. Mukaku tertunduk menghindari tatapannya. Tanpa aku sadari, sebuah tangan kekar mengangkat daguku. Dia.Blassh,, mata kami saling beradu.
    " Jangan pernah mengalihkan muka lo kalo gue lagi menatap elo. Ngerti?!"perintahnya. Aku mengangguk.
Dia kemudian menarik aku masuk ke dalam kamarnya. Tapi, kali ini dengan kelembutan.
    "Duduklah!"perintahnya lagi. Aku pun menurut. Kemudian, di ambilnya lagi gitar itu dan dimainkannya. Lagu yang sama. Kutatap wajahnya itu. Tampan tapi tak disangka orang kalo ada luka dibaliknya.
 Kemudian, mataku tertuju pada foto yang tadi menjadi objek pikiranku. Manis ucapku dalam hati.

    " Lun,,"panggilnya. Aku yang sedang memperhatikan foto itu menatap wajahnya. Senyuman manis tercetak di pipiku seraya menutupi ketakutanku. Jujur saja, meskipun udah 1 minggu disini, dia selalu membuatku takut. Bukan karena wajahnya tapi sikapnya itu yang kerap kali kasar padaku.
    " Maaf ya,"ucapnya lagi sambil memejamkan matanya. Keningku berkerut tidak memahami perkataan dia.
    " Ardi minta maaf ya Lun,"lanjutnya sekali lagi dengan ucapannya yang udah berbeda. Dia kemudian membukakan matanya menatapku syadu. Tersenyum. Ini pertama kalinya aku melihatnya tersenyum.
    " Luna udah maafin kamu kok sejak seminggu yang lalu."ucapku tulus. Ardi masih terus menatapku. Entah kenapa tatapanku juga tak bisa beralih darinya. Layaknya magnet yang siap menarik besi bila berada didekatnya demikianlah sosok Ardi bagiku. Aku jadi teringat pertama kalinya dia bertemu denganku.

Flashback

   Hari ini, Tante Mona mengajakku tinggal bersamanya di rumahnya. Katanya sih selama orangtuaku berada diluat kota, aku harus tinggal bersamanya. Aku hanya mengangguk pasrah berhubung aku memang gak suka tinggal sendiri.
   " Lun, kamu gak perlu cemas. Dirumah tante kamu ada teman kok,"jawab Tante Mona saat berada didalam mobil bersamaku. Aku menoleh dan menatapanya tersenyum.
   " Anak tante juga seusia kamu. Dengan begitu kamu jadi gak rasa sepi kok."tambah Tante Mona. Aku kembali mengangguk.
Sesampainya kami dirumah tante Mona yang bagiku besar dan mewah kami langsung turun.
   " Pak Bondan, tolong angkat ya kopernya Luna trus letakan di kamar atas."perintah Tante Mona yang langsung dijawab oleh anggukan dari Pak Bondan.
   " Yuk sayang kita masuk!". Rumah Tante Mona mewah dan bagus.
   " Ardiiii... Ardiiiii!!"Panggil Tante Mona kepada orang yang bernama Ardi itu. Kemudian muncullah sosok laki-laki yang gagah. Dia tengah menatap gue dengan tatapan yang sulit diartikan. Tiba-tiba, bulu kudukku berdiri semua. Dan sejak saat itu, rumah yang aku anggap tentram menjadi seperti neraka.

    " Lunaaaa!!"panggil Tante Mona. Aku segera turun menuju ruang makan. Disana, ada Tante Mona dan Ardi. Kusapa mereka dengan senyum khasku. Tapi, hanya tante Mona yang membalas senyumku. Kalian tahu, Ardi malah membuang muka dariku ketika kumenatapnya. Ada sedikit kesedihan ketika melihat hal itu. Apa dia tidak menyukai kehadiranku disini?
    " Pagi Tante. Pagi Ar!"sapaku lembut. Tante Mona menyambut ku dan menyuruhku duduk.
    "Pagi sayang. Sini duduk dekat tante dan kita sarapan."ajak Tante Mona. Tapi, rupanya Tante Mona mengerti tatapanku pada Ardi. Beliau segera memberi kode pada Ardi untuk membalas sapaanku.
    " Ardi,"panggilnya dengan kode untuk membalas sapaku. Ardi menatap tante Mona tak suka.
    " Apa Ma?"
    " Luna menyalamimu itu. Kamu tak sopan sama tamu mama!"
    " Ck. Mama kan udah mewakili aku. Memang dia siapa perlu dibalas sapaannya?"tanya Ardi judes.
    " Kamu..." pertengkaran tante Mona terhenti karena aku memotongnya.

    " Udah Tante. Luna gak apa2 kok." jawabku dengan senyum yang dipaksakan. Aku rada kurang enak dengan situasi begini. Gara-gara aku, Ardi membantah mamanya. Apa salahku? tanyaku dalam hati.
    " Sok lugu lo," jawab Ardi pelan. Tante Mona kontan melotot mendengar penuturan purtanya itu.
    "Ardiiiii,". Ardi langsung berdiri menginggalkanku dan tante Mona. Tante Mona terlihat menyesal dengan sikap tak sopan Ardi.

    " Lun, tante minta maaf ya atas ketidaksopanan Ardi. Tidak biasanya dia begini kok. Mungkin ada masalah disekolahnya."ucap Tante Mona bersalah. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kepada tante Mona.
    " Gak apa-apa kok tante."
    " Yaudah, kita berangkat yuk ke sekolah baru kamu."tukas Tante Mona.

    Hari ini, berhubung mama dan papa tugasnya lama maka aku dipindahin ke sekolah baru yang kata tante Mona berkualitas dan pendidikannya terjamin untuk aku. Dalam perjalanan, aku berbincang-bincang dengan tante Mona.
   " Kamu pasti betah kok di sekolah baru kamu Lun,"yakin tante Mona. Aku tersenyum dan menangguk.
   " Anu tante, apa Ardi,"tanyaku ragu-ragu.    " Ardi kenapa Lun?".
   " Ng,, tidak tante.  Tidak apa-apa kok,"
   " Beneran?"selidik tante Mona. Aku mengangguk.
   " Yaudah. Kamu kalo ada apa-apa bilang ke tante ya. Jangan sungkan-sungkan."

    Sesampainya kami disekolah, Tante Mona membawaku keruang kepala sekolah. Setelah semua administrasinya selesai, aku dibawa oleh Ibu Susi salah satu guru di SMA NUSANTARA yang adalah sekolah baruku ke kelas yang aku ketahui adalah XI IPS 2.

    " Selamat Pagi Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru dari Bandung,"
    " PAGIIIIIIIII JUGAAAA BUUU."
    " Asyiik,, ada anak baru,"celetuk salah siswa di kelas itu.
    " Ya Luna, silahkan perkenalkan dirimu."
    " Selamat pagi teman-teman. Kenalkan, namaku Luna Asterelia Sastraguna. Kalian bisa panggil aku dengan Luna. Semoga kehadiranku diterima di kelas ini,"ucapku.
    " Pasti kok. Gak mungkin cewek secantik kamu gak diterima di sini. Iya gak guys?"jawab seorang siswa cowok lagi.
    " HUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUH"
    " Ok Luna, kamu boleh duduk disebelah Revi."perintah bu Susi.     " Baik bu."    Tiba-tiba, mataku tertumbu dengan sosok yang tak kusangka satu kelas dengaku juga. Ardi. Seperti biasa tatapan tidak sukanya padaku. Sejak saat itu, keberadaanku disekolah tak aman. Selalu saja Ardi mengangguku.

FLASHBACK OF


    " Terima kasih ya Lun,"ucap Ardi. Aku mengangguk dan tersenyum kearahnya. Tanpa seijinku, tanganku diraih oleh Ardi dan digenggamnya lembut. Deg,, jantungku berdebar tak karuan.Ardi menatapku tak berkedip. Dia mengusap lembut pipiku. Shit! Jantungku semakin tak karuan. Bisa mati berdiri nih aku kalo dalam situasi kayak gini. Makhluk satu ini gak tau apa kalo dia bisa membunuhku dalam sekejap. Sinar sang rembulan tak urung menyinari wajahnya dan membuatnya semakin terkesima.

Saat kau ada di dekatku hatiku berdegup kencang
Cukup buatku melayang-layang
Ini baru benar ku rasakan, terpesona aku
Saat pertama melihatmu

Ku kali ini jatuh cinta, jatuh cinta yang pertama
Saat ku lihat dirimu
Ku benar-benar jatuh cinta, jatuh cinta yang pertama
Tuhan tolonglah diriku

Saat kau ada di dekatku hatiku berdegup kencang
Cukup buatku melayang-layang
Ini baru benar ku rasakan, terpesona aku
Saat pertama melihatmu


Ku kali ini jatuh cinta, jatuh cinta yang pertama
Saat ku lihat dirimu
Ku benar-benar jatuh cinta, jatuh cinta yang pertama
Tuhan tolonglah diriku

Ini kali pertama, ini yang aku rasa
Aku telah jatuh cinta padamu
Ini kali pertama, yang benar aku rasa cinta

Ku kali ini jatuh cinta, jatuh cinta yang pertama
Saat ku lihat dirimu
Ku benar-benar jatuh cinta, jatuh cinta yang pertama
Tuhan tolonglah diriku

Ku kali ini jatuh cinta, jatuh cinta yang pertama
Saat ku lihat dirimu
Ku benar-benar jatuh cinta, jatuh cinta yang pertama
Tuhan tolonglah diriku

    Perlahan, wajahnya Ardi maju kearahnya. Dia mengusap lembut bibirku.
    " Kamu mirip banget sama dia Lun," ucap Ardi. Aku tak mengerti dengan apa yang Ardi katakan. Hingga akhirnya Cup. Sebuah kecupan lembut singgah di dahiku. Aku tercengang. Antara shock dan tidak percaya, barusan Ardi mengecup pundak kepalaku.
    " Aku sayang Kamu Lun". Deg, apa? Ardi barusan bilang apa? Oh My God, apakah ini mimpi? Ardi barusan
menyatakan perasaannya padaku.

************ 


     Sudah seminggu sejak Ardi menyatakan perasaannya padaku, hubungan kami pun tak ada perkembangannya. Aku ingat waktu dia menyatakan perasaannya padaku dia kemudian berlalu meninggalkanku. Sikapnya pun tak berubah. Masih seperti pertama kali bertemu denganku, Ketus dan dingin. Hari ini aku kesekolah sendiri. Biasanya Tante Mona mengantarku tapi karena tante Mona ada urusan kantor yang tak bisa dihindari terpaksa aku berangkat sendiri. Ardi pun sepertinya sudah pergi sejak pagi. Ck, tuh orang mau apa sih? Aku mendengus kesal setiap kali mengingat kelakuannya yang seenaknya mengecup puncak kepalaku tapi dengan seenaknya juga memberi ku harapan palsu. Apa dia gak tau, betapa menderitanya aku. Mending tak usah tahu sekalian daripada udah tahu tapi digantungin.
    " Lun, ada yang nyariin kamu tuh di ruang Aula."sapa Revi temanku.
    " Siapa Rev?"
    " Lo lihat sendiri aja deh."

    Aku mengerutkan dahiku. Kakiku pun melangkah menuju aula. Sesampainya disana, tiba-tiba aku mendengar orang berbicara. Aku mencoba melihat siapa yang berbicara itu. Seketika terbelaklah mataku. Dia.
Ardi sedang berciuman dengan seorang cewek. Dan tak bisa kuhindari, gugurlah air mataku. Ardi tega banget sama aku.  Tak mampu menerima kenyataan itu, aku berlari keluar meninggalkan ruangan itu. Ternyata, air mata ini terus mengalir.

*************

POV 3

    " Vit, gue butuh banget bantuan lo. plisss?" ucap Ardi. Vita yang memang menyukai Ardi tapi jujur saja untuk melakukan hal ini dia tidak mau,
    " Tapi Di,, gue gak bisa."
    " Tolonglah. Gue gak mau ngasih dia harapan kosong karena,"
    " Karena Vindy,,?"ujar Vita. Ardi hanya diam. Dia tahu mengelak semuanya tidaklah mungkin.
    " Vindy udah meninggal Di. Sampai kapan lo mau terus hidup dalam masa lalu lo? hah?"
    " Gue tahu tapi "
    " Tapi apaa? Lo mau hidup lagi? gitu?"
    " Ck. Udalh Vit. Berhenti mojokin gue terus."     " Gue nggak mojokin elo. Gue cuman gak suka elo terus terpuruk dalam keadaan lo gini."ujar Vita.
    " Gue belum bisa Vit. Gue gak sanggup lupain Vindy. Dia cinta mati gue,"ucap Ardi frustasi.
    " Ok gue ngerti. Tapi untuk apa lo lakuin hal ini ke Luna?. Ardi mendesah pelan. Dia tahu ini akan sangat menyakitkan Luna. Tapi dia tidak ada cara lain karena dia gak mau buat Luna berharap kosong padanya.     " Gue cuman gak mau tuh anak suka sama gue,"ucap Ardi. Vita mendengus kesal. Dia tahu kalo sahabatnya ini sudah bisa membuka hatinya untuk gadis itu.Taoi kenapa sekarang keadaannya jadi kayak begini.
    " Bukannya lo udah bisa lupain Vindy karena Luna?"tanya Vita. Ardi tersenyum tipis. Dia menggeleng lemah.
    " Gue sadar kalo sayang gue ke dia karena dia mirip Vindy. Sifat mirip banget sama Vindy. Makanya gue ingin supaya dia membenci gue."
    " Ck, tapi..

   Tiba-tiba, Ardi menangkap basah bahwa Luna telah ada d aula itu. cepat-cepatn dia menarik Vita dan cup. Ciuman itu tak terelakkan. Cukup lama hingga Luna pergi dari situ.
    " Maaf Vit."
    " Gak apa-apa."

*********    " Gue benci ama Lo Ardiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii," teriak Luna. Hingga akhirnya   TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITTT,, bunyi klakson truk itu dan semuanya gelap. Seorang yang melihat ketabrakan itu terjadi segera membawa Luna ke rumah sakit. Dan menghubungi keluarga Luna.
    " Halo, bisa bicara dengan Ibu Mona?"ucap orang yang menolong itu.
    " Iya. saya sendiri."
    " Bu, keponakan ibu kecelakaan,"
    " APaaaaaa????"


************ 

    3 hari sudah Luna melewati masa kritisnya. Sejak saat itu, Ardi tak lepas dari rasa bersalah. Dia terus menunggu Luna sampai sadar.
   " Lun,, gue minta maaf kalo udah nyebabin lo kayak gini. Pliss,, bangun!"ucap Ardi meremas tangannya Luna.
  " Pliss Lun, lo boleh benci gue tapi jangan hukum gue dengan cara begini. Gue  tersiksa Lun. Gue sayang sama lo."lanjut Ardi lagi. Terbujurnya Luna dirumah sakit membuatnya kembali teringat masa lalunya dengan kekasih yang kini telah tiada.
    Tiba-tiba, jemarinya Luna bergerak. Dan membuat Ardi senang. Mata Luna pun perlahan terbuka.
  " Lun, kamu sudah sadar?"tanya Ardi.
  " Aku dimana?" .
  " Kamu dirumah sakit Lun, Tunggu aku panggilkan dokter ya."
  " Dokter, dokter, Lunanya sadar."
  " Terima kasih Tuhan,"ucap Ardi.


***********  

     1 bulan berlalu sejak aku keluar dari rumah sakit. 1 bulan itupun semuanya berubah. Ternayata, kecelakaan itu membawa berkat dan keberuntungan bagiku. Aneh, taoi itu yang kurasakan. Dia. Perlahan mulai berubah kepadaku. Tidak ketus dan jutek lagi. Hehe, betapa bahagianya aku. Seperti saat ini lihat saja aku dan dia sedang berada dipuncak untuk pertama kalinya.
   " Sayang, kamu lihat deh kayaknya aku tambah gendut ya?" tanya Ardi. Aku yang sedang menatap indah pemandangan dari atas gunung tersenyum kearahnya.
   " Iya yah?"ejekku. Ardi tampak cemberut mendengarnya. Karena gemas, aku mencubit pipinya. Dia meringis kesakitan.
   " Lunaa.,,,sakit tahu,"ringisnya.   " Hahahahahaha,"
   " Awas kamu yaa." Ardi pun berlari mengejarku. HIngga akhirnya kami berdua terjatuh. Tubuhnya menindihku. Disingkirkannya rambut yang menutup mukaku. Aku tersenyum kearahnya tapi tidak tahukah kalian jantungku ini berdetaknya kencang banget. Dia tersenyum tulus melihatku dan membelai lembut pipiku. Kupejamkan mataku dan membiarkannya melakukan apa yang menjadi maunya. Satu kecupan lembut mendarat bibirku. Cukup lama tapi sangat berkesan bagiku. First kissku, aku berikan padanya. Cowok yang kucintai.
    Selesai menciumku, dia mengecup kembali keningku dan memeluknya. Dibisikannya kata-kata indah itu.
    " Aku sayang kamu". Aku mengangguk dan kembali tersenyum kearahnya. Ku peluk erat tubuhnya tak ingin lepaskan.
    " Me too".
    " Aku mau nyanyin kamu sebuah lagu,"ujarnya bangun dan melepaskan pelukanku. Dimainkan gitar itu dan menyanyikan sebuah lagu untukku.



Sedalam samudra tlah aku selami
Setinggi langit diangkasa tlah ku arungi
Sepanjang kehidupanku aku mencari
Sebentuk kelembutan hati cinta sejati

Reff: kini usai udah segala penantian panjangku
setelah temukan dirimu duhai kekasihku
hanya di hatimu akan kulabuhkan hidupku
karena kau lah cinta terakhirku

Berjuta kejora terangi gelap malamku
Tetap tak seindah cahaya mata hatimu
 ( Cinta Terakhir - Ari Lasso )

  Skarang aku tahu, bahwa kenangan yang terjadi padanya telah berlalu. Vindynya tersimpan sebagai kenangan terindah tapi Lunanya adalah cinta yang sekarang dan akan selamanya untuknya. Terima kasih Tuhan. Aku kembali memeluknya :)


THE END

5 komentar:

  1. aaaaaa keren :D
    cuma ada beberapa kata yang salah ketik, feel yg kurang nyampe dan bahasa baku yg kecampur sama bahasa pergaulan.

    selebihnya okeee kok :) hoho

    BalasHapus
  2. trimakasih atas cerpen yang sangat bermnafaat

    BalasHapus

NILAI FIX MATEMATIKA DISKRIT B

Teman-tema, ini NILAI FIX MATEMATIKA DISKRIT B Silahkan  klik disni Terima Kasih Untuk 1 Semester ini :) Tuhan Berkati